Selasa, Juni 09, 2009

Jangan Jauhi Mereka!




Dari tahun ke tahun, kampanye HIV/AIDS makin gencar di berbagai negara. Padahal, banyak penderita HIV/AIDS meninggal bukan karena penyakitnya, melainkan karena perlakuan orang-orang disekitarnya yang membencinya. “Kasihanilah kami, terimalah kami. Jangan takut pada kami. Kita semua sama,” salah satu pernyataan dari Nkosi Johnson.


Nkosi Johnson adalah salah satu penderita HIV/AIDS yang kini telah meninggal dunia. Ia meninggal dalam umur 12 tahun. Diusianya yang sangat singkat dia berhasil memberikan suara lantang dalam kancah diskusi dunia soal HIV/AIDS. Nkosi yang dilahirkan sebagai Xolani Nkosi pada bulan Februari 1989 di sebuah kota kecil di pinggiran Johannesburg, Afrika Selatan. Sewaktu mengandung Nkosi, ibunya menularkan virus HIV kepadanya sehingga pada saat ia dilahirkan, ia didiagnosis HIV positif.

Nkosi mulai dikenal publik pada tahun 1997, saat ada sekolah dasar yang tidak mau menerimanya sebagai murid karena ia mengidap HIV. Menurut Nkosi, dia seharusnya diperbolehkan sekolah karena tidak ada hukum di sana yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang boleh didiskriminasi akibat status kesehatannya. Berawal dari hal itulah, Nkosi menjadi anak yang aktif di sekolahnya dan di pusat-pusat workshop HIV/AIDS. Ia ingin menghancurkan stigma orang-orang terhadap para pengidap. Tidak banyak dari para penderita HIV/AIDS yang HIV/AIDS (dijauhi, diasingkan, dibenci, dan disakiti).

Upaya yang dilakukannya pun membuahkan hasil. Dorongannya pada pemerintah menghasilkan kebijkan-kebijakan baru tentang penanganan HIV/AIDS. Nkosi akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menjadi pembicara utama di Konferensi AIDS Internasional ke-13 di Durban, Afrika Selatan. Nkosi sempat diundang juga ke Atlanta, Amerika Serikat, untuk berbicara mengenai HIV/AIDS. Pada tanggal 1 Juni 2001, Nkosi Johnson pun meninggal dunia. Tidak banyak dari penderita HIV/AIDS dapat melakukan hal yang dilakukan oleh Nkosi tersebut. Banyak dari penderita yang kalah dan pasrah terhadap tudingan maupun perlakuan orang-orang disekitarnya. Padahal berbagi makanan atau alat mandi dengan penderita HIV/AIDS tidak akan membuat kita menjadi tertular. Kita juga tidak akan tertular apabila kita bersentuhan maupun berciuman dengan penderita HIV/AIDS, kecuali apabila sedang berdarah atau terdapat luka. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS inilah yang menjadi hambatan bagi para penderita untuk diterima dalam masyarakat.

HIV/AIDS merupakan virus terganas dan membahayakan kelangsungan hidup manusia yang hingga sekarang belum ditemukan obatnya. Hingga saat ini, sebanyak 2.480 orang meninggal di Indonesia akibat virus ini. Sebagian besar pengidap HIV/AIDS meninggal karena pneumonia dan bakteri yang menyebabkan TBC serta diare. Banyak orang yang beranggapan bahwa para penderita itu memiliki sikap maupun perilaku yang tidak bermoral. Anggapan itu tidak benar, karena tidak semua penderita tertular karena tingkah laku mereka yang tidak bermoral (seks bebas atau memakai narkoba). Banyak penderita yang tidak tahu apa-apa dan terkena virus tersebut. Hal itu bisa dikarenakan dengan adanya transfusi darah, tertular saat di kandungan, atau tertular dari pasangannya.

Sampai saat ini, HIV/AIDS masih belum bisa disembuhkan. Tetapi pada tahun 1996, ditemukan obat yang dapat menghambat virus tersebut. Dengan terapi pengobatan antiretroviral (Highly Active Antiretroviral Therapy atau HAART), usia harapan hidup para penderita HIV/AIDS dapat diperpanjang hingga 5-10 tahun. Sayangnya, penderita yang dapat membeli obat ini hanya sedikit. Untuk orang-orang di Afrika maupun di Asia, obat ini sangat mahal sehingga hanya sedikit orang yang dapat merasakan pengobatannya.

Menurut salah satu aktifis AIDS di Indonesia, Beby Jim Aditya, diperlukan dukungan kepada para penderita dan orang-orang terdekatnya dapat sangat membantu. Selain itu juga diperlukan bantuan ekonomi kepada para penderita karena obat tersebut sangat mahal. Sehingga yang dibutuhkan oleh orang-orang penderita HIV/AIDS saat ini adalah perhatian dari kita. Sadarkan orang-orang disekelilingmu supaya jangan berburuk sangka terhadap penderitanya. Mereka juga manusia. Jadi perlakukan mereka seperti manusia. Cara penularannya terbatas, jadi jangan sungkan-sungkan bergaul bersama mereka, asalkan tetap bergaul dengan benar. (CC)


Sumber:
Metrotv
Getfresh Magazine
Youtube- video peduli ODHA

18 komentar:

  1. stephanie dharmawan9 Juni 2009 pukul 03.51

    gila,,,, keren bgt.... gw stuju ma ni artikel,,,, tp ada yg bikin gw krg sreg,,,, gw perna denger ada kasus penderita hiv naroh jarum suntik di bangku bioskop,,,, hal itu jd bikin gw rada takut ma mreka,,,,, yahh,, emang ga smuanya kaya gitu si,,, tp tetep aja klo denger penderita hiv,, gw jd inget tu kasus,,, bagaimana tanggapan anda mengeni masalah tersebut?

    BalasHapus
  2. Laura says.

    perjuangannya nkosi memang patut dihargai dan harusnya mbri inspirasi buat para penyandang HIV lainnya juga. dan dari sinipun kita jadi tau kalo mereka gak ada bedanya sama orang normal. emang perlu bgd motivator buat kasus bgini,

    BalasHapus
  3. ranti nurindahsari :
    orang itu krenn , emang bner sma apa yang dibilang di komentar sebelmnya , kmren" tuh sempet ada kabar tentang jarum suntik yang ditaro di kursi bioskop , kan jadi serem gila . hehe .
    buat yang punya penyakit ini jagn putus semangat yiaaaa .

    BalasHapus
  4. gw setuju kalo kita jangan pernah jauhi mereka.. karena mereka jg manusia yg butuh perhatian dari orang2 sekitar nya.. bahkan perhatian yg lebih karena mreka uda ngerasa terbeban dgn penyakit yg mereka derita. salah satu obat untuk mereka yah perhatian dr kita..
    jd, jgn mengintimidasi mereka karna sesuatu yg mereka pun tidak inginkan itu terjadi..

    BalasHapus
  5. Artikelnya informatif. Membantu orang lain memahami situasi dan kondisi mereka. Memang masih belum sangat terbuka dengan penderita ini, karena akibat-akibat yang bisa ditimbulkan kalau tertular. Hati-hati boleh. Namun yang penting adalah mencoba memanusiakan mereka.

    BalasHapus
  6. stephanie:
    memang hal tersebut terkadang jadi batu sandungan untuk kita mendekati para ODHA. tetapi apabila kita memiliki pandangan yang positif tentang mereka dan adanya keinginan yang kuat dari mereka untuk ikut dalam sistem masyarakat kita, tidak ada salahnya kita membuka tangan dan menerimanya serta melupakan tindakan ODHA (mnaruh jarum suntik d kursi bioskop).

    memang ada beberapa ODHA yg melakukan hal tersebut dgn sngaja. hal itu sbnarnya juga didukung oleh perilaku dr masyarakat yg memojokkan mereka dan tidak memanusiakan mereka, untuk itulah mereka melakukan hal itu "mungkin" dgn motif supaya kita merasakan apa yg mereka rasakan.

    BalasHapus
  7. yaa memang benar HIV sampai saat ini blum ada obatnya..
    paling paling hanya ada obat yg memperlambat saja.
    jadi secara kasarnya, HIV tidak dapat di obati,namun bukan berarti dia tidak dapat di cegah sama sekali..
    etika, moral dan keyakinan berperan signifikan disini.

    BalasHapus
  8. Xenia. A.Tomasouw9 Juni 2009 pukul 07.25

    penderita HIV/AIDS ada dimana-mana, dan mereka sama seperti kita. dengan hak yang sama sebagai makhluk hidup mereka layak mendapatkan kehidupan seperti kita tanpa diskriminasi. menurut pendapat saya, orang-orang yang masih memperlakukan mereka dengan penuh pelecehan adalah orang-orang yang tidak menghargai kehidupan. HIV/AIDS bukanlah pilihan para penderitanya. dengan berbagai cara penyakit itu dapat menular. sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. berhati-hati tentu saja. tapi tidak dengan menjauhi mereka. berikan mereka motivasi yang benar untuk terus berjuang memerangi HIV/AIDS dan yang terpenting memaksimalkan hidup mereka. menurut saya, kata 'memanusiakan mereka' tidak cocok dipakai. karena bagaimana pun mereka adalah saudara kita. mereka adalah manusia.

    BalasHapus
  9. tolol bngt sampe ada yg ngejauhin mereka.justru mreka diberi kebahagian akan bisa tobat dlu!nah kita,mati aja ga tw kapan.

    BalasHapus
  10. secara pribadi emang kita ga boleh munafik ma diri kita, kita juga emang perlu hidup sehat n menghindari penyakit.. cuma 1 hal jangan mendiskriminasi orang yang terjangkit penyakit.. kasih mereka motivasi & semangat hidup...

    BalasHapus
  11. @Stephanie: soal jarum suntik dengan virus HIV, itu hoax sist, http://sandynata.wordpress.com/2006/11/24/hoax-jarum-hivaids-itu/

    BalasHapus
  12. jauhi penyakitnya,, beri support penderitanya!!

    BalasHapus
  13. kita gak boleh diskriminasi orang hanya karena suatu hal yang kita sendiri belum tentu tw..

    BalasHapus
  14. iya, kabarnya sih ttg jarum suntik di bioskop2 itu hoax.. kalau itu memang bener2 berita yang gak akurat, berarti seperti ada yang ingin mendeskreditkan odha..
    Imho, kita mesti positive thinking n ngasih support sama mereka :)

    Nit_ya

    BalasHapus
  15. wah terima kasih banyak ricky atas informasinya...

    BalasHapus
  16. inay,,,
    gw setuju banget sama artikel itu,,
    kita ga boleh mendiskriminasi orang yang terkena HIV,,
    mereka juga butuh teman dan keluarga untuk mensuport mereka...
    hemm,,tapi yang pasti. kita harus belajar dari pengalaman,,,
    kita sebagai remaja yang pintar,,,jauh" deh dari hal-hal yang bisa merugikan kita, apalagi merusak masa depan...
    buat teman" yang udah berjuang bertahan melawan penyakit ini,,
    semangat yahhh,,,

    BalasHapus
  17. mereka juga manusiaa cuu..
    sayangi mereka sepertikamu sayang sama dirikamu sendiri,,:)

    BalasHapus
  18. Yoi neng ... Bnr, mrk jg manusia !
    Orang2 sprti mreka justru bth dukungan dari kita semua, bukannya mlh jauhin mreka .. Salam super ...

    BalasHapus

teman... maaf sumbernya ketinggalan neh.
Sumber: http://cyberjournalism.wordpress.com/2007/08/07/hello-world/
Selamat memberikan komentar